SEMILOKA III APPBIPA Jerman, Hamburg

Tulisan di bawah ini adalah cerita dari ketua APPBIPA Pusat, Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd., yang ditulis di akun personalnya, yang mengungkapkan isi dari kegiatan SEMILOKA III APPBIPA Jerman yang dihadirinya.

KAMI DAN INDONESIA

Semiloka BIPA di Universitas Hamburg kali ini menghadirkan pembicara yang beragam. Pada hari pertama, Prof. Elsa Clave dari Universitas Hamburg menceritakan proses kecintaannya terhadap Bahasa Indonesia yang dimulai dari studinya di Prancis. Dosennya berhasil membuatnya „penasaran“ dengan bahasa dan budaya Indonesia. Kini, Prof. Elsa menjadi dosen pada Prodi Studi Asia Tenggara dgn keahliannya di bidang bahasa dan budaya Indonesia.

Pemakalah berikutnya, Karen Statlander dari Indoropa Service and Communication Hamburg menceritakan tentang kecintaannya pada Indonesia tumbuh sejak kecil. Pertemanannya dengan tetangganya di Bremen yang orang Indonesia menjadi sejarah penting baginya. Kecintaannya pada Indonesia bertambah ketika diajak turut serta tinggal dengan keluarga Indonesia tersebut saat mereka kembali bertugas ke Indonesia. Ibu Karen saat ini menjadi penerjemah andal di Jerman terutama masalah hukum. Beliau bercerita tentang suka duka menjadi penerjemah dan integritas yang harus ditaati. Ibu Hedy dari Universitas Frankfurt membawakan tema tantangan kendala budaya dalam menerjemahkan.

Prof. Jutta Berninghausen dari Universitas Bremen menyajikan makalah tentang kendala perbedaan budaya antara Indonesia dan Jerman. Kerapkali terjadi kesalahpahaman antara orang Indonesia dan Jerman karena perbedaan secara kultural. Mulai dari ekspresi marah, berdebat, dan sebagainya.

Sahabat saya, Dyah Narang menyajikan makalah tentang diferensiasi internal dalam pembelajaran BIPA. Dyah membawa media ajar yang sangat menarik. Pada hari kedua ini, saya diminta membicarakan tentang pengembangan materi ajar BIPA yang dikaitkan dengan kurikulum yang telah saya bahas pada hari pertama. Keistimewaan lain pada hari kedua ini adalah…kami makan nasi tumpeng. Malam hari dapat kiriman paket makanan pula dari Bapak KJRI di Hamburg. Aih…luar biasa!!! Hari pertama dan kedua acara berakhir pukul 18.00 waktu setempat.

Hari ketiga, peserta sudah mulai lelah tapi tetap semangat dengarkan Ibu Yanti, Leon, Ibu Michela dari Chekoslowakia. Ibu Yanti dari Hamburg bicarakan teknik ekskursi yang menarik karena mengkaji para kaum eksil di Belanda. Leon, sang juara lomba pidato bahasa Indonesia tingkat internasional yang sedang studi S1 di Univ Hamburg dengan cermat menganalisis perbedaan lomba pidato di Indonesia dan Malaysia. Hadir pula Aida Akmal dan Alan sebagai pembicara. Keduanya sedang studi S3 di Hamburg Univ. Aida bicara tentang sastra dan BIPA. Alan bicara tentang bahasa Melayu dan Indonesia. Dorotea dari Polandia, universitas Poznan bicara tentang daun lontar sebagai sumber daya alam unik Indonesia. Hari ketiga berakhir dengan penutupan dan rekomendasi kegiatan. Sajian istimewanya adalah nasi padang dengan rendang ayam🤗😋. Kegiatan yang sangat luar biasa. Kami makin cinta Indonesia. 😍🤗

Sumber:
Foto dan tulisan, Liliana Muliastuti.